Sunday, September 2, 2007

Buat Embe


masih terlalu lama tidur sejam lagi
saat kekasih beranjak meninggalkan peraduan
ini waktu jam empat tiga puluh subuh
langkah kekasih begitu pasti menuju matahari

sekiranya kebuntuan pikir tak dihujam asmara
alangkah sejam sangat berarti bagi kehidupan
tak kalah langkah menuju kesiangan
sudah pasti menyusul kekasih membara


(terkhayal dia atas bis P45 PPD - Blok M - Cimone)

Dia seorang perempuan yang selalu mengaku keturunan India-Batak... Aku suka menyebutnya InBa. Celakanya, si Inba ini selalu mengaku dirinya cantik... emang sih... India githu, lho! Tapi, kalo aku lihat dia suka konpensasi diri karena merasa tubuhnya rada bongsor... Emang berapa seh berat kamu, Inba? - Aku taksir seh 90-an githu deh...

Yang aku suka dari cewek satu ini, kerjanya cepat. Mulutnya bawel. Nyerocos tak kenal "sopan-sophian". Ide-ide ceritanya mengalir terus karena emang dia mau eksis di profesi perfilman. Makanya dia punya kata-kata (yeah, semacam motto githu deh: "I love to write... I love to sing n write songs... I love directing... I looove pampering myself to the spa hoho! an..." - Kupluknya, aku malah belom pernah dengar dia nyanyi? Hehehehe... soalnya, kalo kami ketemu cuma di kantor seh. Coba di luar, ketemu po'on ama tiang listrik... pasti 'kale dia nyanyi... India githu, bo...

Sungguh! Aku suka tidak habis pikir melihat si Inba manis ini... Kadang kalo lagi chatting, dia suka "marah-marah" tentang hidup ini... Sepertinya, Inba benci dilahirkan ke dunia ini. Kenapa, ya? Pernah dia bilang waktu chat; "...biarkan saja aku menjauh dari semuanya, agar tak ada lagi yg dapat melihat ku..." - Waduh! Sedih banget, ya...??

Mungkin, Inba kurang bersyukur akan hidup ini. Sama seperti aku yang sering juga kurang bersyukur. Padahal, dia itu sudah dikasih Tuhan talenta yang orang lain mungkin tidak bisa miliki. Dia bisa jadi sutradara film, walau belakangan lebih merasa enak jadi penulis skenario karena kerjanya enak dan duitnya cepat... Gak ribet githu deh kayak lagi sutradarai film/sinetron.

Aku menulis puisi di atas ketika ingat Inba selalu bilang kalau tidurnya selalu tidak cukup. Dia maunya tidur itu dalam sehari-semalam harus 8 jam... Gimana gak tambah bongsor? - Aku bingung aja mendengarnya. Soalnya, sengantuk apapun kalo aku udah kontan terlelap, dalam 10 menit sudah menyegarkan banget... Maka, aku pikir: Inba kenapa gak bisa kurangi satu jam aja dari tidur semestinya dia... Buat aku kehilangan satu jam terbangun dari tidur, sama saja kehilangan kekasih yang pergi menyongsong matahari... (***buat Maruska Bath) - 030907

No comments: